Kamis, 17 Juli 2008

INOVASI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar di masa depan disadari akan aemakin berat. Hal ini merupakan konsekwensi kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan taraf hidup dengan sendirinya berdampak terhadap dunia pendidikan diantaranya ditunjukkan dengan meningkatnya aspirasi terhadap peningkatan pendidikan, baik dalam arti perluasan kesempatan belajar maupun tuntutan akan pendidikan yang lebih bermutu. Untuk menjawab tuntutan tersebutdi atas, pendidikan pada sekolah dasar khususnya Sekolah Dasar Negeri Kertamukti 02, mau tidak mau harus segera melakukan upaya pengembangan dan inovasi skematik dan sistemik. Pengembangan dan inovasi tersebut dipandang sangat penting mengingat sampai saat ini angka anak usia SD yang putus sekolah dan yang belum mengenyam pendidikan masih cukup tinggi. Penyebabnya di sadari cukup kompleks, yang satu sama lain saling terkait seperti faktor ekonomi keluarga, sikap orang tua, perlakuan guru, dan faktor sekolah termasuk kondisi geografis yang sulit dijangkau.
Fenomena ini semakin menghawatirkan dan lebih diperparah lagi semenjak negeri ini dilanda krisis multi dimensional.
Oleh karena itu.pengembangan yang bersipat horizontal dan vertikal harus berjalan sesuai prinsip pendidikan bagi semua (education for all) dan prinsip inopasi pendidikan.
Arah pengembangan pendidikan SD secara horizontal (melebar) mengandung harapan agar pendidikan dapat menjangkau semua orang tanpa kecuali, sampai kedaerah – daerah terpencil melalui berbagai bentuk yang paling memungkinkan. Sasaran perluasan ini adalah menampung lebih banyak peserta didik dan meningkatkan angka partisipasi penduduk usia 7 sampai 12 tahun.
Harapan tersebut tampaknya masih jauh, sebab seperti kita ketahui selain kondisi geograpis sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, pendidikan kita dihadapkan pada perubahan dan persoalan yang sangat kompleks. Dapat kita lihat dan perhatikan di perkotaan, banyak sekali kita temukan anak–anak usia sekolah yang berkeliaran dipersimpangan jalan, terminal dan tempat keramaian lainya. Mereka peduli lagi dengan sekolah.
Jumlah anak putus sekolah dan hidup terlantar yang terus meningkat menjadi tantangan yang serius bagaimana cara mengurangi dan menampung mereka, belum lagi dengan kelompok masyarakat terpancil dan berpindah-pindah termasuk mereka yang menyandang ketunaan ( cacat ).
Tuntutan pada dimensi pemerataan dan keadilan ini pada saat bersamaan menuntut proses pendidikan yang semakin intensif dan hasil yang semakin bermu tu dan relevan, termasuk semakin maksimum dalam pemberdayaan sumber-sumber yang ada. Pengembangan yang bersifat vertikal ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pendidikan Sekolah Dasar (SD) selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata, juga harus mempertimbangkan bagaimana peserta didik baik dari aspek kemampuan, pola hidup maupun lingkungan sosial budaya di mana mereka tinggal.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengembangan dan perluasan kesempatan sekolah dasar ini menuntut strategi yang berbeda-beda. Tuntutan akan pendidikan yang benar-benar sesuai untuk semua orang tanpa kecuali akan terus ada seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman, walaupun bentuk-bentuk pendidikan sekolah dasar dalam berbagai rumpun telah dikembangkan. Inovasi pendidikan tetap diperlukan, sebab akan tetap ada tuntutan agar proses yang terjadi dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Oleh sebab itu, upaya inovasi pendidikan sekolah dasar merupakan keharusan yang dilakukan setiap saat dan terus menerus, apalagi kita tahu selama masih ada pihak yang merasa tidak puas dengan praktek pendidikan, maka selama itu pula inovasi pendidikan harus selalu diupayakan. Upaya inovasi juga sangat penting untuk menghadapi ketidak pastian masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Inovasi pendidikan sekolah dasar sangat penting sebagai upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan dating, selain itu inovasi dapat dikatakan sebagai jawaban atas persoalan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas.
Dalam makalah ini penulis mencoba mengulas dan membahas tentang komponen sistem pendidikan di sekolah dasar yang seyogyanya menjadi fokus atau lingkup inovasi pendidikan pada jenjang sekolah dasar berikut aspek lainnya. Hal yang menarik dan penting bagi kita adalah bagaimana inovasi menjadi sikap mental dan merupakan hal yang menantang bagi kita untuk terus mengembangkan inovasi di lingkungan kita berada atau bekerja, tentunya inovasi tersebut dapat diimplemenasikan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi di lapangan dengan berbagai kendala yang begitu kompleks.

Seiring dengan perputaran waktu dan peredaman jaman, semua elemen atau unsur-unsur yang ada mengalami berbagai perubahan. Perubahan-perubahan itu membawa dan menimbulkan dampak permasalahan yang begitu kompleks, begitu pula dengan keadaan dan kondisi pendidikan di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kertamukti 02 Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan yang berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan.
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan bidang garapan yang menyangkut kepentingan segenap kalangan masyarakat yang lebih diprioritaskan untuk masa depan bangsa. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan relevansi dan mutu pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kerjasama yang erat dengan pihak-pihak terkait, selain itu faktor sarana dan prasarana pun sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Walaupun demikian, berhasil dan tidaknya pengajaran di sekolah ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan antara lain faktor guru, murid, metode/teknik pengajaran, kurikulum dan sebagainya. Dalam hal ini, guru merupakan orang yang paling penting peranannya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, karena bagaimanapun baiknya sarana dan prasarana pendidikan, apabil guru tidak dapat menjalankan sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan baik maka hasil pembelajaran pun kurang berhasil atau tidak oftimal. Dalam hal ini posisi guru tidak boleh begitu saja langsung disalahkan atau disudutkan apabila mutu pendidikan menurun, sebab banyak faktor yang perlu ditinjau dalam hal seperti tersebut di atas. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor murid, bagaimana baiknya cara guru dalam proses pembelajaran apabila murid tidak ada motivasi dan kesungguhan dalam belajar maka hasilnya tidak akan memuaskan. Semua faktor yang berhubungan dengan dunia pendidikan (world education) haruslah singkron, ada kerjasama yang baik dan erat, sehingga akan tercipta hasil yang baik pula.
Contoh-contoh permasalahan yang dihadapi guru yang berkenaan dengan relevansi mutu pendidikan, antara lain :
a. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut di atas, masih sering terjadi, di mana siswa lebih banyak yang pasif dari pada yang aktif, kecenderungan siswa untuk aktif relatif sedikit sehingga akan sangat berpengaruh pada peningkatan mutu dan kualitas belajar.
b. Siswa belum mampu menerapkan konsep yang dipelajarinya.
Masalah ini berhubungan dengan poin a, karena ketidak aktifan siswa akan menghambat dan menurunkan kemampuan dan cara berpikir, dengan demikian siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan konsep atau materi yang telah dipelajarinya.
c. Belum meratanya kemampuan hasil belajar diantara siswa di dalam kelas.
Dengan kurang aktifnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar akan berakibat terhadap hasil belajar, siswa yang aktif ingin selalumemahami permasalahan yang ia temui dengan cara mendiskusikan atau bertanya kepada guru / orang yang lebih tahu. Sedangkan siswa yang pasif biasanya tidak mempunyai keinginan untuk mencari, memecahkan permasalahan, sehingga apabila menemui atau mempunyai permasalahan tidak dapat memecahkan permasalahannya.

d. Masih banyak siswa yang belum menguasai kemampuan-kemampuan penting yang ingin dicapai pada akhir setiap satuan pelajaran, hal inilah yang paling dikhawatirkan dan menjadi beban berat bagi guru, karena bila tujuan yang diharafkan belum dan tidak tercapai, maka guru tersebut belum berhasil melaksanakan proses belajar mengajar.

2. Masalah yang berkenaan dengan efisiensi pendidikan.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh guru adalah berkenaan dengan efisiensi pendidikan, antara lain :
a. Tidak terselesaikannya seluruh bahan kurikulum dalam pembelajaran, hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang tersedia dengan jumlah bahan yang lebih banyak, wajar bila pada akhir semester terkadang masih ada bahan materi yang belum bias disampaikan kepada siswa. Oleh sebab itu guru harus dapat menyesuaikan antara jumlah materi pelajaran yang perlu disampaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.
b. Belum oftimalnya penggunaan media dan sumber belajar, hal ini juga merupakan permasalahan yang perlu ditangani oleh semua pihak. Umumnya sekolah-sekolah yang berda di daerah ( terpencil ) kurang memiliki sarana dan prsarana pendidikan yang memadai, di samping itu masih terlihat gejala di mana sarana pendidikan yang ada ternyata kurang digunakan secara maksimal oleh guru, hanya tersimpan saja ditempatnya.
c. Kurangnya pemberian perhatian, pengakuan, penguatan (reinforcement, reward) kepada murid yang kurang pandai. Umumnya guru lebih memperhatikan murid yang mempunyai kemampuan sedang / pandai daripada murid yang kemampuan rendah / kurang, dengan demikian yang kemampuannya sedang atau pandai semakin pandai dan yang kemampuannya rendah / kurang semakin ketinggalan.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih memperhatikan murid dengan kemampuan rendah tanpa mengabaikan murid lainnya, sedangkan murid yang berkemampuan sedang atau pandai dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai dengan pengawasan yang ketat dari guru.
Dengan demikian, kedua permasalahan diatas yakni relevansi dan mutu pendidikan serta efektivitas / efisiensi pendidikan memerlukan sesegera mungkin untuk ditindak lanjuti dengan berbagai cara dan strategi, salah satunya dengan menerapkan inovasi pendidikan, mengembangkan dan meningkatkan inovasi pendidikan.
Dengan meningkatnya mutu pendidikan maka kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan hidup akan tercapai.


B. Misi dan Tujuan Inovasi Pendidikan
Upaya pembaharuan pendidikan yang dilakukan pada umumnya mempunyai kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan, permasalahan-permasalahan itu antara lain meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara efektif efisien.
Dari berbagai perkembangan inovasi yang ada Poensoen dalam Santoso, S Hamijoyo (1974) terdapat tiga kecenderungan misi inovasi pendidikan, yaitu :
a. Inovasi pendidikan mengemban misi untuk meninggalkan konsepsi pendidikan yang terbatas bagi kepentingan elite tertentu, menuju konsepsi pendidikan yang lebih demokratis. Misi ini memungkinkan terjadinya pemerataan atau perluasan kesempatan untuk memperoleh dan menikmati pendidikan sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan potensi yang dimiliki.
b. Inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi antara pengetahuan, sikap dan keterampilan menuju pada konsepsi pendidikan yang mengembangkan pola dan isi yang lebih komperhensif dalam rangka mengembangkan segenap potensi manusia dengan cakupan keseluruhan aspek kepribadiannya.
c. Inovasi pendidikan mengemban misi cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang bersifat individual menuju ke arah konsepsi pendidikan yang menggunakan pendekatan yang lebih kooperatif, dari konsepsi pendidikan yang boros menuju pada konsepsi pendidikan yang lebih efektif, efisien dan relevan dengan kebutuhan pembangunan dunia pendidikan.
Upaya pelaksanaan pembaharuan pendidikan, baik dalam lingkup skala besar maupun skala kecil, baik yang telah dilaksanakan atau yang sedang dirintis antara lain : Sistem Perencanaan, Pemprograman dan Penganggaran (SP4) atau Plenning, Programing and Budgeting System (PPSP), pengembangan CBSA, pengembangan Sekolah Dasar Kecil, proyek pengembangan mutu pendidikan dasar yang dikenal PEQIP (Planning Education Quality Improvmen Projec ), dsb.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pembaharuan atau inovasi pendidikan yang dilaksanakan tertuju pada upaya mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan pelayanan pendidikan, meningkatkan mutu proses pendidikan, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, peningkatan kesesuaian proses dan hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

C Pengertian dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
1. Pengertian Inovasi dan Inovasi Pendidikan
Secara umum inovasi sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Dalam kamus ilmu sosial Hugo F. Reading ( 1986 : 204 ) dijelaskan istilah innovation dalam tiga katagori yaitu “ innovation, innovation material dan innovation non material “.
Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru atau penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak alat-alat kelembagaan masyarakat. Innovation material diartikan sebagai inovasi dalam kebudayaan material, sedangkan innovation non material diartikan sebagai inovasi atau pembaharuan dalam kebudayaan non material.
Rogers et el ( 1971 : 19 ) menyatakan “ innovation is an adea, practice or object as new by an individual “. Artinya bahwa inovasi merupakan suatu gagasan, ide atau pemikiran, praktek atau praktek kerja, objek atau suatu produk berupa barang yang dianggap baru oleh seseorang sebagai pihak yang menerima. Sepintas lalu istilah inovasi hampir sama pengertiannya dengan perubahan, namun tidak semua perubahan adalah pembaharuan atau inovasi.
Suatu perubahan dapat digolongkan pada inovasi apabila perubahan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar menguntungkan bagi peningkatan kualitas hidup. Pembaharuan dalam sektor pendidikan dilakukan sebagau upaya sengaja untuk memperbaiki hal-hal tentang pendidikan, baik itu berbentuk hal, ide, praktek-praktek pendidikan yang baru untuk meningkatkan kemampuan mencapai tujuan pendidikan secara efektif efisien.
Santoso S. Hamijoyo ( 1974 : 8 ) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.
Dari pernyataan di atas, dapat diperjelas bahwa istilah inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan pada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, selain terjadi suatu yang baru harus ada unsure kesengajaan, kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan mengarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan.

2. Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan mempunyai karakteristik pokok yang tidak berbeda dengan kegiatan inovasi dalam bidang-bidang lain. Karakteristik inovasi pendidikan dapat dilihat dari ciri-ciri yang dipunyainya, sehingga tampak jelas mana yang tergolong inovasi atau pembaharuan dan mana perubahan yang bukan termasuk inovasi pendidikan.
a. Ciri-Ciri Inovasi Pendidikan
1. Baru, bahwa suatu perubahan bisa digolongkan pada inovasi apabila berbeda dari hal atau keadaan sebelumnya, hal ini berarti segala sesuatu yang relatif baru sehingga belum dipaham, belum diterima atau belum dilaksanakan oleh pihak yang menerima.
2. Kualitatif, bahwa suatu perubahan yang terjadi dalam inovasi tidak sekedar dalam jumlah atau penambahan dari unsur atau komponen yang ada sebelumnya melainkan secara kualitatif harus tertuju pada peningkatan nilai guna dan nilai tambahpada peningkatan mutu.
3. Hal, Dalam pengertian berbagai komponen dan aspek dalam pendidikan, dapat berupa ide, gagasan, prektek kerja atau kegiatan dan dapat pula berbentuk barang hasil produksi. Namun yang paling pokok dalam inovasi pendidikan adalah berbentuk ide pemikiran dan serangkaian gagasan baru yang sifatnya bercorak mental untuk meningkatkan kemampuan dalam mencapai tujuan pendidikan.
4. Unsur Kesengajaan, perubahan yang terjadi dalam inovasi pendidikan dilaksanakan secara terencana bukan karena kebetulan atau berdasarkan pada kesukaan atau hobi seseorang (like and dislike).
5. Meningkatkan Kemampuan, perubahan yang terjadi dalam inovasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbagai sumber masukan yang ada dalam pendidikan yang mencakup unsur manusia, kemampuan dana sarana prasarana, termasuk juga struktur dan prosedur organisasi manajemennya.
6. Tujan, bahwa perubahan yang terjadi dalam inovasi mempunyai kejelasan sasaran dan hasil-hasilnya. Tujuan inovasi adalah tercapainya kualitas pendidikan yang setinggi-tingginya dengan proses efektif, efisien dan relevan dengan kebutuhan dengan menggunakan sumber tenaga, dana, alat dan alokasi waktu yang sekcil-kecilnya. ( Santoso S. Hamijoyo ; 1974 ).

b. Sumber Terjadinya Inovasi Pendidikan
Menurut Santoso S. Hamijoyo ( 1974 ; 26 ) awal dari arus informasi dan inovasi biasanya dating dari dua sumber yaitu dari pihak bawah atau dari pihak atasan, pemimpin, badan atau orang-orang institusional.
Mengenai sumber datangnya inovasi dalam bidang pendidikan sekurang-kurangnya ada tiga pandangan, yaitu :
Pertama : Agar pembaharuan dapat terlaksana dengan penuh makna dan tumbuh berkembang di masyarakat luas, sebaiknya ide pembaharuan itu muncul dari bawah (change from the grass root).
Kedua : Tanpa ada restu atau kebijaksanaan dari pihak atas/pusat, orang-orang yang ada di tingkat bawah dan daerah akan ragu-ragu untuk ikut menyebarluaskan dan melaksanakan pembaharuan.
Ketiga : Bahwa yang penting gagasan pembahruan itu berlangsung sedikit demi sedikit, aspek demi aspek, tetapi berlangsung secara konstan dan kontinue.
Dalam realita, berhasil dan tidaknya suatu gagasan baru akan bergantung juga pada situasi dan kondisi kehidupan soaial, ekonomi, budaya, politik di mana sistem yang akan dikenai pembaharuan atau inovasi tersebut. Penggunaan kombinasi sumber inovasi antara atas dan bawah secara seimbang dan bijaksana merupakan upaya yang menunjukkan tercapainya hasil yang efektif.

c. Proses Inovasi dan Penyebarannya
Apapun bentuknya dan dimanapun dilaksanakannya, melaksanakan gagasan baru tidak akan terjadi secara seketika, melainkan memerlukan proses dalam jangka waktu tertentu. Proses inovasi menggambarkan tahapan kejadian yang dilalui dalam dalam inovasi dari mulai gagasan baru diciptakan, disebarkan sampai gagasan baru diterima atau diadopsi atau bahkan mungkin ditolak oleh sasaran yang akan dikenai perubahan.
Menurut Santoso S. Hamijoyo ( 1874 ) proses inovasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu dri sudut pandang pihak penggagas, pencipta atau pendorong inovasi dan dari sudut pandang pihak penerima yang menjadi sasaran inovasi.
Sudut pandang pihak pencipta dan pendorong inovasi terdiri dari :
1. Tahap pengenalan masalah, penelitian, perumusan masalah.
2. Tahap pengembangan, sarana alternatif pemecahan masalah, percobaab dan penilaian.
3. Tahap penyebaran, penerangan (persuasive) pengorganisasian, pemberian restu dan sanksi, pengendalian dan pengawasan.
4. Tahap pencatatan (monitoring) dan penilaian.
Pentahapan proses dilaksanakannya inovasi tedak selamanya berjalan sesuai dengan urutan yang rapih. Pengetahuan tentang tahapan proses kegiatan inovasi tidak hanya penting sebagai ilmu pengetahuan semata, tetapi sangat di perlukan dalam praktek pengelolaan inovasi (management of innovation) yang perlu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan baik dalam ruang lingkup sekolah ataupun lingkup skala luas.
Sudut pandang penerima gagasan yang menjadi sasaran yang akan dikenai perubahan proses inovasi terdiri dari lima tahapan :
1. Tahap kesadaran (awareness), dimana sasaran inovasi mulai menyadari dan mengetahui adanya gagasan pembaharuan, walaupun informasi masih kurang lengkap, namun sudah mulai mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
2. Tahap perhatian (interest), sasaran inovasi mulai menaruh minat menyukai atau tidak terhadap gagasan pembaharuan, dan berusaha mencari informasi lengkap tentang ide pembaharuan.
3. tahap penilaian (evaluation), sasaran inovasi mulai mengadakan penilaian pada gagasan baru, membandingkan dan menghubungkan dengan situasi diri dan kelompok baik saat ini maupun situasi yang akan datang, dan mempertimbangkan untuk mencoba atau tidak.
4. Tahap pencobaan (trial), sasaran inovasi mulai berusaha untuk mencoba menerapkan pengunaan inovasi pada skala kecil.
5. Tahap penerimaan (Adoption), sasaran inovasi mulai menggunakan ide pembaharuan secara tetap dan dalam skala luas.
Menurut Everet M. Rogers (1962)ada lima faktor atau sipat yang harus terdapat dalam setiap kegiatan inovasi agar inovasi mudah dan cepat didifusikan, didesiminasikan dan di adopsi yaitu.
1. Keuntungan relatif (relative advantage)
2. Kesepadanan atau kecocokan (compability)
3. Tingkat kerumitan atau kompleksitas (complexity)
4. Dapat di uji coba (triability)
5. Dapat diamati hasilnya (observability)
Keberhasilan dan kecepatan adopsi suatu inovasi disamping di pengaruhi oleh faktor–faktor diatas juga di tentukan oleh proses dan tipe keputusan inovasi, karakteristik sistem sosial yang ada, saluran komunikasi dan gencarnya promosi.

d . Strategi Pelaksanaan Inovasi Pendidikan.
Menurut Rogers, et al (1971) dalam bukunya “communication of innovation “ menyatakan bahwa proses keputusan inovasi terdiri dari tiga macam, yaitu tipe keputusan otoritas, tipe keputusan opsional dan tipe keputusan kolektif.
Tipe keputusan otoritas adalah keputusan yang dipaksakan oleh seorang atasan atau pemegang jabatan kepada bawahan atau seorang individu atau kelompok. Dalam organisasi formal, adapun tahap keputusan inovasi otoritas adalah :
1. Fase Pembuatan Keputusan,
· Pengenalan kebutuhan untuk berubah.
· Persuasi dan penilaian perubahan oleh pengambil keputusan.
· Keputusan menerima atau menolak oleh pengambil keputusan.
2. Fase implementasi keputusan.
· Komunikasi inovasi yang dipilih yang diputuskan kepada unit / anggota organisasi.
· Tindakan penerima atau penolakan pembaharuan oleh unsur unit organisasi.
Tipe keputusan opsional adalah tipe keputusan yang di ambil oleh perseorangan, terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengenalan, dimana seseorang mulai mengetahui gagasan pembaharuan.
2. Persuasi, dimana seseorang mulai menaruh minat terhadap ide-ide baru.
3. Keputusan, yakni seseorang mulai terlibat dalam menerima atau menolak ide baru.
4. Komfirmasi, yakni seseorang mulai berusaha mencari penguat untuk memantapkan penerimaan atau penolakan terhadap inovasi.
Tipe keputusan inovasi kolektif, yaitu tipe pengambilan keputusan terhadap suatu inivasi dengan cara konsensis di antara individu-individu yang ada dalam system social atau kelompok organisasi tertentu.
Proses pengambilan keputusan ini terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Stimulasi minat akan inovasi.
2. Inisiasi gagasan baru ke dalam sistem sosial.
3. Legimitasi gagasan baru oleh pemegang keputusan.
4. Keputusan untuk melaksanakan gagasan baru.
5. Tindakan atau penerapan pelaksanaan gagasan baru.

D. Alasan Perlunya Inovasi Pendidikan
Sejak berakhirnya perang dunia kedua, di seluruh dunia baik di negara yang sudah lama merdeka maupun yang baru merdeka, baik bangsa yang kaya maupun bangsa yang miskin telah mengalami proses perluasan pendidikan yang sangat pesat, bersamaan dengan itu terjadi pula berbagai permasalahan dan keisis dalam dunia pendidikan, antara lain berkenan dengan kekurangan dana, guru, bahan ajar dan lain-lain kecuali siswa. Menurut Philip H. Coombs dalam bukunya “The World Educational Crisis (1968) ada empat hal yang menyebabkan terjadinya krisis pendidikan yaitu
Meningkatnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.
Kelangkaan atau kekurangan sumber – sumber penunjang pelaksanaan pendidikan.
Inertia atau kelemahan yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Inertia atau kelemahan yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri.
Keempat permasalahan diatas di rasakan pula dalam sistem pendidikan Indonesia yang menurut adanya upaya pembaharuan atau inovasi untuk mengatasinya.
Santoso S.Hamidjoyo (1974:10) menyatakan bahwa inovasi pendidikan merupakan reaksi para ahli pendidikan dan perencanaan pembangunan terhadap tekanan masalah–masalah sosial, ekonomi dan masalah pendidikan itu sendiri yang dari waktu ke waktu dirasakan semakin berat dan mendesak, yang berkisar pada hal – hal berikut :
Besarnya tekanan ekplosi penduduk
Meningkatnya aspirasi masyarakat luas terhadap dunia pendidikan.
Kurangnya sumber – sumber dan komponen pendidikan.
Banyaknya kelmahan dalam sistem pendidikan.
Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif.
Lebih lanjut di tegaskan bahwa tantangan yang menuntut berbagai upaya yang inovatif dalam pendidikan menurut Yusup Hadi Miarso (1984 :175) antara lain :
1. Berkembangnya jumlah penduduk yang pesat dan meningkatkan keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus menerus.
3. Berkembangnya teknologi yang pesat yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan, bahwa yang mendorong perlunya dilaksanakan inovasi pendidikan adalah permasalahan atau kelemahan yang adadalam sistem pendidikan itu sendiri dan faktor permasalahan yang terdapat dari luar sistem pendidikan atau yang ada di masyarakat.
Yusuf Hadi Miarso (1984 : 146) mengelompokkan permasalahan-permasalahan tersebut ke dalam masalah sebagai berikut :
a. Masalah input ; yaitu terbatasnya jumlah anak yang mempunyai kesempatan untuk bersekolah, ketidakseimbangan jenjang persekolahan, jumlah dan kualitas guru yang tidak relevan dan kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan.
b. Masalah Out put ; kualitas dan kuantitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan jumlah angka Drop Out yang sangat besar.
c. Masalah Struktural ; sistem administrasi dan perencanaan yang belum efisien.
Untuk menanggulangi dan menghadapi tantangan serta permasalahan tersebut diatas perlu dilakukan upaya dan strategi inovasi dalam sistem pendidikan.
Alasan yuridis inovasi pendidikan.
Mugiadi (1988 :15) lebih menekankan pada aspek yang tercantum dalam GBHN yang mendorong perlunya dilakukan pembaharuan pendidikan, yaitu :
1. Sehubungan dengan tujuan pendidikan, sebagaimana tercantum dan tercermin dalam GBHN dituntut adanya berbagai upaya untuk menyesuaikan tujuan dan isi kurikulum lembaga pendidikan dan mencari cara inovasi untuk mencapai tujuan tadi.
2. Sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan, diharapkan adanya gagasan inovatif di dalam meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
3. Sehubungan dengan perluasan kesempatan belajar pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), inovasi sangat diperlukan untuk memungkinkan sistem pendidikan menengah dapat menjangkau semua pemuda usia sekolah untuk mendapatkan kesempatan belajar.
4. Disamping itu GBHN menghendaki adanya keserasian hubungan antara pendidikan dengan dunia usaha, perpaduan antar daerah dan antar jenjang pondidikan, keterpaduan antar berbagai lembaga pendidikan dan latihan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Dari berbagai permasalahan tersebut makin dipersulit berkenaan dengan ekplosi ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah memperlebar jurang pemisah antara negara yang sudah berkembang dan negara yang masih membangun.


Upaya-upaya pemecahan masalah pendidikan secara konvensional dan tradisional belum mampu mengatasi persoalan pendidikan secara tuntas. Sementara perkembangan teknologi modern terutama teknologi komunikasi dan informasi di era globalisasi dewasa ini telah mengubah wajah dunia menjadi tanpa tapal batas yang jelas. Salah satu upaya yang paling strategis adalah dilakukan inovasi dalam teknologi pendidikan, baik dalam pengertian perangkat keras (hardware) maupun dalam pengertian perangkat lunak (software).

E. Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Bidang-bidang Inovasi Pendidikan
Berdasarkan komponen yang ada dalam komponen keseluruhan sistem pendidikan, terdapat banyak hal yang perlu mendapat perubahan, baik itu peningkatan, penyempurnaan maupun perbaikan melalui kegiatan inovasi.
Bidang-bidang tersebut antara lain menyangkut peserta didik, tujuan pendidikan, isi bahan ajar, media pelajaran, fasilitas pendidikan, metode dan teknik komunikasi, structural tata laksana, hasil-hasil pendidikan, situasi belajar mengajar dan sebagainya.
Menurut Santoso S.Hamidjoyo (1947 :17) dari bidang-bidang tadi dapat diperinci lebih jelas lagi sebagai berikut :
a. Bidang peserta didik atau pelajar menurut : jenis kelamin, umur, motivasi pendidikan kelompok ajar (learning group), kemampuan (achievement), sifat ajar (intelektual, keterampilan praktis) dan lain-lain.
b. Bidang tujuan pendidikan dengan rincian sebagai berikut :
1. Tujuan untuk kapasitas pribadi.
2. Tujuan sosial
3. Tujuan ekonomis
4. Tujuan pendidikan
5. Sarana dan cara untuk merumuskan tujuan pendidikan.
c. Isi pelajaran : yang dapat dirinci sebagai berikut : jenis pelajaran, efek / dampak yang diharapkan dari bahan pelajaran, kapasitas anak didik, bidang dan struktur ilmu pengetahuan, kegunaan, tingkat kemampuan dan derajat spesialisasi.
d. Media Pembelajaran ; media cetak, proyeksi, audio visual, media elektronik, barang dan alat praktek, alat percobaan dan penelitian.
e. Fasilitas pendidikan ; menyangkut dengan semua sarana dan prasarana.
f. Metode dan teknik komunikasi ; interaksi langsung dan tidak langsung
g. Hasil pendidikan ; hasil yang sesuai dengan rencana dan tidak direncana, indicator hasil, cara mengukur dan menilai hasil pendidikan.

Jenis-jenis Inovasi Pendidikan
Jenis inovasi pendidikan menurut Santoso S. Hamidjoyo (1974) tidak dapat terbilang jumlahnya, namun dapat dikelompokkan atas dasar objeknya, derajat dan sifatnya. Berdasarkan objeknya atau yang dikenai pembaharuan ada 3 jenis, yaitu :
a. Inovasi dalam jenis hubungan antar orang (personal relationship)
Pembaharuan dalam peranan guru, perubahan tata laksana yang harus berdasarkan pengambilan keputusan pada informasi dan bukan pada selera perorangan atau pemimpin.
b. Inovasi dalam jenis software (piranti lunak)
Pembaharuan mengenai tujuan dan struktur kurikulum, model sistem penyampaian (delivery system), cara penilaian kurikulum dan pendidikan.
c. Inovasi dalam jenis hardware (piranti keras)
Perubahan dan bentuk ruang kelas, peranan guru dan perubahan dalam penyampaian atau metode mengajar, adanya sistem komputerisasi, proyektor dan laboratorium danlain-lain.



Berdasarkan derajat atau tingkatan nya inovasi dikelompokan menjadi empat jenis yaitu :
a. Jenis pembaharuan dalam nilai atau wawasan (orientasi) pendidikan
Jenis inovasi yang menuntut adanya perubahan yang mendasar
tentang orientasi, wawasan, azas dan filosofis, cita – cita kebijaksanaan
yang tidak cocok dengan tuntutan pembangunan politik,ekonomi dan budaya.
Perubahan pendekatan dari atas bawah (top down approach) menjadi
Pendekatan yang memperhatikan arus bawah (bottom up approach),
atau keseimbangan dari keduanya.
b. Pembaharuan dalam jenis operasi tata laksana pengelolaan (manajeme
n pendidikan) terdiri atas serangkaian tata laksana pengelolaan mulai
dari penelitian dan pengembangan (research and devolopment),
perencanaan,pelaksanaan,pengendalian,penilaian dan pengawasan.
c. Pembaharuan dalam jenis tugas fungsi.
Perubahan yang terjadi dalam nilai dan wawasan akan membawa konsekwensi perubahan pada fungsi dan tugas lembaga dan orang-orang yang ada di dalamnya.
d. Pembaharuan dalam jenis keahlian
Kemampuan-kemampuan khusus yang dituntut dari para petugas tata laksana atau guru karena adanya perubahan dalam sistem pengajaran..
Berdasarkan sifatnya, terdapat beberapa macam sifat perubahan yang terjadi dalam inovasi pendidikan, mulai dari yang sedikit, sebagian sampai pada keseluruhan secara total terhadap semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan.
Ada enam sifat perunahan dalam inovasi, Huberman dalam Santoso S. Hamijoyo (1974 : 30) yaitu :
a. Penggantian ( subtitution )
b. Perubahan ( alternation )
c. Penambahan ( addition )
d. Penyusunan kembali ( restructuring )
e. Penghapusan ( elimination )
f. Penguatan ( reinforcemen )
Beberapa Jenis Pembaharuan Pendidikan
Sebagai upaya perubahan yang sengaja diadakan untuk meningkatkan kemampuan dalam mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan, ada berbagai upaya pembaharuan yang harus dilakukan antara lain :
a. Pembaharuan dalam aspek tujuan pendidikan.
b. Pembaharuan dalam aspek struktur dan perencanaan pendidikan.
c. Pembaharuan dalam aspek yuridis.
d. Pembaharuan dalam aspek kurikulum.
e. Pembaharuan dalam aspek teknologi pendidikan.
f. Pembaharuan berbagai aspek dalam proses pendidikan, yaitu :
1. Penggunaan multi media dalam pengajaran.
2. Penggunaan pendekatan discovery-inquiry dan CBSA.
3. Penilaian program pengajaran dan pendidikan.
4. Pembaharuan yang memadukan berbagai aspek pendidikan.


PEMBAHASAN MASALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama di dalam mengembangkan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan, analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara mempelajari tiga hal, yitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja dan harapan dari pemerintah/kebijakan pendidikan.
Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek perkembangan psikologi siswa, tuntutan masyarakat, dapat dianalisis dari berbagai kemajuan baik prediksi kemajuan sekarang maupun masa yang akan datang. Sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan khususnya kebijakan dalam bidang pendidikan yang dikleuarkan. Hasil dari ketiga analisis tersebut didisgnosa dan disusun sebagai bahan masukan ( infut ) bagi pengembangan tujuan.
Hasil akhir dari kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan di atas merupakan deskripsi kebutuhan sebagai atau dapat dijadikan masukan bagi langkah berikutnya dalam pengembangan kurikulum yakni perumusan tujuan.
Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan, tujuan-tujuan dalam kurikulum berkhirarki, mulai tujuan yang paling umum sampai pada tujuan yang paling khusus dan operasional. Di samping bersifat khirarki, komponen tujuan juga harus mencakup tiga ranah/domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, bakat, minat dan nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan keterampilan motorik.


Pemilihan dan pengorganisasian materi.
Secara garis besar, materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh. Hal ini berkaitan dengan kegiatan memilih, manilai dan me3nentukan jenis bidang studi yang diajarkanpada suatu jenis jenjang kelas, kemudian pokok dan sub pokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, termasuk ruang lingkup dan urutannya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran terdapat istilah ruang lingkup dan urutan, ruang lingkup menyangkut kedalaman dan keluasan materi kurikulum, sedangkan materi kurikulum dapat disusun dengan pertimbangan struktur ilmu/displin ilmu, taraf perkembangan siswa dan pembagian materi berdasarkan tingkat kelas.
Cara-cara yang dilakukan dalam menyusun urutan bahan ajar yaitu urutan kronologis/kejadian, kausal/sebab akibat, struktur, logis dan prikologis.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan urutan bahan ajar antara lain :
· Taraf kesulitan materi pelajaran.
· Apersepsi
· Kematangan dan perkembangan siswa
· Minat dan kebutuhan siswa

Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dilakukan melalui pendekatan, strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan sifat dan tujuan materi yang diberikan kepada siswa. Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, audio, perabaan, penciuman, atau variasi dari visual, audio, perabaan, dan penciuman.
Pengalaman belajar yang dipilih harus menarik minat dan motivasi siswa, sesuai dengan tingkat perkembangan dan merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Penilaian pada dasarnya merupqakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap suatu hal. Evalusi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen – komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

B. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk suatu lembaga pendidikan ( kurikulum SD ) pada umumnya sudah ada, artinya kurikulum telah disusun sebelumnya, dan tugas guru yaitu melaksanakan, membina dan dalam melaksanakan tugas-tugasnya mengembangkan kurikulum tersebut termasuk muatan lokal. Melaksanakan kurikulum maksudnya adalah mentransformasikan program penddidikan pada siswa dalam proses pembelajaran. Membina kurikulum dimaksudkan menjaga dan mempertahankan agar pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, atau dengan kata lain mengupayakan kesesuaian kurikulum potensial sehingga tidak terjadi kesenjangan. Pengembangan kurikulum adalah langkah berikutnya dari kegiatan pembinaan kurikulum yaitu berupaya meningkatkan nilai tambah dari semua yang telah dilaksanakan. Upaya ini dapat dilakukan apabila diadakan penilaian terhadap apa yang telah dilaksanakan, dengan melakukan penilaian dapat diketahui kekurangan dalam pelaksanaan dan pembinaan kurikulum yang sedapat mungkin diatasi, serta diupayakan adanya solusi atau jalan keluar yang lebih baik sehingga diperoleh hasil yang oftimal.
Pengembangan kurikulum muatan lokal pada dasarnya sama dengan pengembangan kurikulum bidang pelajaran lainnya yaitu proses yang berkelanjutan dan merupakan suatu siklus dari beberapa komponen kurikulum yaitu : tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi.
Komponen Tujuan
Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal ini, baik dalam level mikro maupun makro peran tujuan sangatlah menentukan, dengan demikian, tujuan memberikan petunjuk mengenai arah-arah perubahan yang diharafkan. Tujuan yang jelas akan memberi yang jelas terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi, media pembelajaran dan evaluasi, bahkan, dalam berbagai pengembangan kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, patokan dalam menentukan komponen-komponen lain.

Komponen isi / materi
Komponen kedua setelah komponen tujuan yaitu isi atau materi kurikulum. Pengkajian masalah isi kurikulum ini menempati posisi yang penting dan turut menentukan kualitas suatu kurikulum termasuk kurikulum muatan lokal, dengan demikian, isi kurikulum muatan lokal itu harus disusun sedemikianrupa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan.

Aspek strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang kurikulum muatan lokal, strategi pembelajaran berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian isi kurikulum (delivery system) dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan kurikulum secara sistematik dan sistemik.
Tinggi rendahnya kadar aktifitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Ada dua macam pendekatan dalam strategi pembelajaran yang sering terjadi dan banyak dilakukan oleh guru yaitu pendekatan yang terpusat pada guru (teacher centred), aktifitas siswa sangat dominan dalam proses pembelajaran. Pendekatan student centred lebih dikenal dengan model discovery-inquiri / problem solving sedangkan pendekatan teacher centred dikenal dengan model ekspositori atau model informasi.
Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal ini kedua pendekatan di atas sering digunakan tergantung pertimbangan guru dalam proses pembelajaran dalam hal hakikat, tujuan, sifat bahan/isi dan kesesuaian tingkat perkembangan siswa dan faktor lingkungan di mana lembaga berada.

Aspek Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, komponen evaluasi ditunjukkan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum muatan local secara keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri.
Pada akhirnya hasil evaluasi berperan sebagai input / masukan bagi penentuan kebijakan dalam pengambilan keputusan kurikulum muatan local yang akan diimplementasikan atau diberikan sebagai bahan kepada siswa. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen kurikulum muatan lokal

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal kita harus menggunakan beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai acuan agar kurikulum muatan lokal itu dapat berhasil sesuai dengan pemenuhan harapan siswa, pihak sekolah, orang tua, masyarakat pengguna dan masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum muatan local antara lain prinsip berorientasi pada tujuan, kontinuitas dan integritas.
Prinsip berorientasi pada tujuan
Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen rujuan, metode dan evaluasi, komponen tujuan merupakan fokus bagi komponen lainnya dalam pengembangan sistem tersebut tadi, hal ini berarti pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan. Tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya, tujuan kurikulum harus jelas artinya tujuan dari kurikulum muatan local yang sedang dikembangkan dapat dipahami dengan jelas oleh guru sebagai pengembang / pelaksana kurikulum untuk dapat menjabarkan menjadi tujuan yang lebih spesifik lagi dan operasional.
Tujuan kurikulum muatan local juga harus dapat bersifat komperhensip yakni mencakup berbagi domain tujuan, baik kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini perlu diperhatikan agar out put yang dihasilkan dapat dan mampu menguasai ketiga domain secara utuh.

Prinsip Kontinuitas
Kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu adanya keseimbangan bahan / materi kurikulum mulok pada jenis dan jenjang kelas. Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang kelas rendah sampai kelas tinggi, materi kurikulum muatan local harus memiliki hubungan khirarki fungsional, materi yang diperlukan di kelas bawah tidak diberikan di kelas atas dan materi yang diperlukan di kelas atas merupakan lanjutan dari kelas bawah, dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi yang mengakibatkan kebosanan pada siswa. Kontinuitas atau kesinambungan juga diperlukan antara berbagai pelajaran, supaya tidak terjadi tumpang tindih materi antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Agar tidak terjadi hal-hal tersebut di atas, dapat diupayakan dengan melaksanakan dengan cara menyusun ruang lingkup ( scope ) dan sistematika di setiap materi pelajaran pada jenis dan jenjang kelas.

Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas sebagai salah satu prinsip pengembang dalam kurikulum muatan lokal dimaksudkan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam melakukan atau mengambil keputusan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru, guru harus memikirkan bahwa implementasi kurikulum muatan lokal ini sebenarnya berkaitan dengan berbagai keragaman kemampuan sekolah untuk menyediakan pasilitas dan tenaga bagi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya keragaman sumber daya pendidikan secara menyeluruh, perbedaan demografis dan paktor prndukung pendidikan lainnya.
Fleksibilitas juga berkaitan dengan kebebasan siswa dalam meilih program yang dipilihnya sesuai dengan kemampuan dan lingkungannya, ini berarti sekolah, guru, harus mampu menyediakan berbagai pilhan program bagi siswa. Siswa berhak untuk memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhannya. Selain memberikan kebebasan kepada siswa, fleksibilitas diperlukan kepada guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, dengan catatan tidak menyimpang dari apa yang digariskan dalam kurikulum muatan lokal. Guru diberi kebebasan dalam menjabarkan tujuan, memilih materi, memilih strategi dan metoda yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.

Prinsif Integritas
Itegritas atau keterpaduan menekankan bahwa kurikulum muatan lokal tersebut harus dirancang untuk membangun, membentuk manusia (siswa) yang terampil, cekatan dan kepribadian yang mampu menjawab berbagai permasalahan dalam hidup dan mampu menjelaskan hidupnya dengan lingkungan. Untuk itu kurikulum muatan lokal harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan pada siswa.
Keterampilan atau kecakapan ( life skill ) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problem kehidupan secara wajar dan tanpa adanya penekanan dan kemudian secara proaktif kreatif mencari dan menemukan solusi pemecahan sehingga mampu mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan.

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM
MUATAN LOKAL

A. Tahap Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dilihat dari pengalaman pelaksanaan kurikulum sekolah dasar selama ini, dan dilihat dari struktur kurikulum yang dikembangkan, pendekatan pengembangan kurikulum bersifat sistematik atau kebijakan pengembangan kurikulum dilakukan di pusat. Pada kurikulum tahun 1994 sesuai dengan undang-undang no 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah no 28 1990 tentang pendidikan dasar, kebijakan pengembangan terbagi dua bagian yang dikenal dengan kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal.
Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang bahan / isi pelajaran ditetapkan secara nasional dan wajib dipelajari oleh semua siswa sekolah dasar di seluruh Indonesia termasuk di sekolah Indonesia yang ada di luar negeri. Kurikulum muatan local adalah kurikulum yang isi dan bahan pelajarannya atau bahan kajiannya ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya serta kebutuhan daerah. Proporsi kurikulum nasional tetap masih jauh lebih besar dibanding muatan lokal ( 80% : 20 % ).
Tahapan-tahapan program pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolah dasar mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah antara lain :
Pengembangan Pada Tahap Makro
Pengembangan kurikulum muatan lokal dikaji baik secara vertikal maupun horizontal dengan kontinuitas atau kesinambungan dan berdasarkan urutan tingkatan institusi sedangkan secara horizontal berkaitan dengan pengembangan pada tingkatan sekolah.
Pengembangan Pada Tahapan Institusi
Pada tahap ini, kegiatan pengembangan dilakukan di sekolah dasar, aspek-aspek yang dikembangkan mengenai tujuan, bahan ajar yang akan dipelajari, dan pasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat pembelajaran.
Pengembangan Pada Tahap Mata Pelajaran
Pengembangan kurikulum diwujudkan pada GBPP untuk mata pelajaran muatan lokal yang akan dikembangkan. Dari GBPP guru menjabarkan menjadi program semester, yang merupakan program yang akan dilaksanakan pada periode pembelajaran 6 bulan. Dalam periode tersebut diharafkan siswa mampu manguasai satu kesatuan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.
Pengembangan Pada Tahap Program Pengajaran
Tahap ini merupakan tahap pengembang kurikulum secara mikro atau level kelas, di mana tugas pengembangan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Dengan berpedoman pada GBPP dan program semester, guru menjabarkan dalam bentuk persiapan mengajar harian untuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas.

B. Keterampilan Prinsip Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Pada dasarnya guru harus dapat menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal yang akan diberikan kepada siswa, namun demikian khusus pada tatanan pelaksanaan, guru bisa menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru, oleh karena itu akan selalu mungkin terjadi suatu kurikulum muatan lokal di suatu sekolah dasar menggunakan prinsip berbeda dengan yang digunakan di sekolah dasar lain.
Prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal ditulis secara eksplisit di dalam buku atau dokumen kurikulum sekolah. Implementasi dari prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut dapat dipelajari dan dikaji dalam kurikulum. Suatu kurikulum dapat dikatakan tidak lagi sesuai dengan fungsinya atau berjalan semu apabila :
Di dalam mencantumkan prinsip pengembangan pada buku kurikulum hanya bersifat proforma ( formalitas ).
Prinsip pengembangan tidak dihayati oleh guru dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan adanya hubungan atau adanya kandungan nilai dan prinsip pengembangan.
Situasi dan kondisi di tempat kurikulum dikembangkan telah berkembang dan tidak mungkin menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut.

C. Kualitas Keterlibatan Unsur-Unsur Dalam Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal.
Di dalam proses kegiatan pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolah dasar, tentu saja banyak pihak-pihak yang terlibat antara lain :
Keterlibatan Administrasi Pendidikan
Administrator dalam pengembangan kurikulum muatan lokal adalah Kepala Sekolah. Kepala Sekolah harus berupaya mengembangkan kurikulum muatan lokalnya berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah. Kepala Sekolah mempunyai kewenangan dalam membuat operasional pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolah masing-masing.
Keterlibatan Para Ahli
Pengembangan kurikulum muatan lokal bukan saja atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi harus dilandasi oleh perkembangan konsep dan ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum muatan local membutuhkan keterlibatan dan bantuan para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun para ahli bidang disiplin ilmu. Para ahli tadi memberikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang paling cocok dan sesuai dengan keadaan dan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Keterlibatan guru.
Kunci kegagalan atau keberhasilan dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal ada ditangan guru,sekalipun guru tidak mencetuskan sendiri konsep–konsep tentang kurikulum muatan lokal, gurulah yang menerjemahkan yang akan dikembangkan.
Guru barada digaris depan dalam implementasi kurikulum muatan lokal, oleh karena itulah guru yang selalu melakukan penilaian/evaluasi dalam penyempurnaan kurikulum. Hasil penilaian guru akan sangat membantu dalam menentukan hambatan–hambatan dalam implementasi kurikulum.
Sebagai pelaksana pengembangan kurikulum muatan lokal, guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran siswa sehinga diharapkan siswa dapat menyerap isi pelajaran dengan sempurna.
Keterlibatan Masyarakat
Sekolah adalah lembaga masyarakat yang mempersiapkan siswa agar mampu hidup di dalam masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah itu berada. Isi kurikulum muatan lokal hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Untuk menciptakan hal tadi, sangat diperlukan keterlibatan pihak masyarakat dalam menentukan arah dan tujuan dari pengembangan kurikulum muatan lokal itu.
Keterlibatan masyarakat dapat berwujud saran atau usul, pendapat mengenai keperluan yang paling mendesak, sehingga siswa dapat mengatasi masalah-masalah di masyarakat. Dalam program penyusunan kurikulum muatan lokal itu mungkin tidak semua orang tua murid dapat diikutsertakan, mungkin hanya terbatas kepada beberapa orang yang dianggap memiliki cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Keterlibatan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal, karena sebagian besar waktu belajar siswa dituntut kurikulum berada diluar sekolah, maka sudah sewajarnya bila orang tua turut mengikuti dan mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.

D. Pengembangan Muatan Lokal yang Berbasis Masyarakat.
Negara kita dihuni oleh banyak suku bangsa yang terbesar dari Sabang sampai Merauke. Kondisi sosial, ekonomi, budaya, bahasa, mata pencaharian, geografis dan alamnya juga beraneka ragam, karena itu perlu dilestarikan dan diperkenalkan pada para siswa sekolah dasar dari generasi ke generasi. Sekolah harus mengakrabkan siswa dengan lingkungan dan pola kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kurikulum yang menekankan keakraban siswa dengan lingkungan dalam bentuk kurikulum muatan lokal.
Berdasarkan pedoman umum Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar tahun 1995/1996, kurikulum muatan lokal di artikan sebagai perangkat pelaksana / perencanaan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang di tetapkan oleh daerah atau lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara atau metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajarannya.
Penentuan isi dan bahan muatan lokal harus berdasarkan kebutuhan dan kaadaan lingkungan, isi dan bahan pelajaran tersebut dapat diorganisasikan dalam mata pelajaran, yang mempunyai jatah alokasi waktu tertentu, seperti pelajaran Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Keterampilan, dan kerajinan tertentu, kesenian, dan adat istiadat, termasuk budi pekerti.
Keadaan dan kebutuhan daerah yang dimaksud diatas yaitu segala suatu yang terdapat didaerah yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, sosial ekonomi, serta lingkungan budaya.
1. Lingkungan alam terdiri dari lingkungan hidup dan lingkungan tidak hidup serta peristiwa fisis dan biologis yang sering terjadi dilingkungan.
Lingkungan hidup mencakup tumbuhan, hewan dan manusia, lingkungan tak hidup mencakup tanah, air, dan udara. Berdasarkan letak geografis, lingkungan alam terdiri dari pantai, daratan rendah daratan tinggi, dan pegunungan, masing-masing memiliki ciri khas tersendiri misalnya pertnian, peternakaan dan sebagainya.
2. Lingkungan Sosial mencakup hubungan timbal balik antar anggota masyarakat dengan peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakat, dan sistem kemasyarakatan yang dikembangkan agar terwujud suatu bentuk kehidupan yang saling mengakui keberadaan masing-masing anggota dengan layak baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Contoh lingkungan sosial antara lain, lingkungan sekolah kelurahan, RT, RW, dan lembaga-lembaga seperti KUD, Puskesmas dan Posyandu.
3. Lingkungan budaya mencakup aspek yang dimiliki masyarakat disuatu daerah tertentu, termasuk didalamnya antara lain, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (tata krama, tata cara, pergaulan, dll), nilai-nilai, hasil karya, simbol-simbol seperti upacara adat/tradisional, bahasa daerah, dsb.
4. Kebutuhan daerah merupakan segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat khususnya untuk kelangsungan hidupnya dan peningkatan taraf kehidupannya, yang disesuaikan dengan perkembangan serta potensi daerah seperti, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, meningkatkan keterampilan bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah, meningkatkan penguasaan bahasa daerah, atau bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari, atau kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan berwiraswasta.

Kurikulum muatan lokal di sekolah dasar pada umumnya bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku siswa agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungannya dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai / aturan yang berlaku di daerah dan mendukung pelestarian pembanguanan daerah. Secara lebih khusus muatan lokal ini bertujuan agar para siswa mengenal dan lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, budaya, memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di masyarakat, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya lokal dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pelaksanaan kurikulum muatan lokal perlu dan harus mempertimbangkan keaneka ragaman adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa maupun keterampilan fungsional yang menunjukkan adanya ciri khas tradiosional suatu daerah. Hal-hal yang perlu dikembangkan melalui program muatan lokal sangat banyak bagi siswa kurikulum muatan lokal yang dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah dasar di arahkan dalam hal-hal di bawah ini :
Memudahkan penyerapan atau Penguasaan materi pelajaran
Tugas guru adalah memperkenalkan dan menunjukan keuntungan dan manfaat bahan muatan lokal kepada siswa sehingga menjadi daya tarik / perhatian.
Memanfaatkan sumber belajar yang yang ada di daerah di mana siswa tinggal.
Masih banyak sekali sumber belajar diraerah yang belum pernah atau tidak termanfaatkan bagi kepentingan pembelajaran siswa sekolah.
Mengenalkan siswa kepada kondisi daerahnya.
Siswa yang tinggal di daerah tertentu pasti lebih mengenal daerahnya sendiri di bandingkan dengan daerah lain yang belum pernah dilihatnya, pengenalan siswa akan lebih mantap apabila sekolah dengan sengaja berencana, teratur dan sistematis memperkenalkan siswa pada kondisi aktual si daerahnya.
Meningkatkan pengetahuan siswa mengenai daerahnya.
Setiap daerah memiliki berbagai potensi yang sangat perlu dipelajari dan dikembangkan baik yang berada di lingkungan alam, sosial, budaya, maupun yang ada dalam pola kehidupan masyarakat. Program muatan lokal dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemahiran siswa yang bersifat lokal.
Memberikan bantuan berupa penguasaan keterampilan praktis kepada siswa yang dapat di gunakan untuk meringankan beban tanggungan orang tua.

Bahan muatan lokal harus dapat di sesuaikan dengan ciri khas lingkungan alam, sosial, dan lingkungan budaya setempat yang dapat menunjang kepentingan budaya serta pembangunan daerah.
Penyusunan bahan ajar muatan lokal harus harus selalu menjadi tugas bersama petugas pendidikan di sekolah (guru dan kepala sekolah) dan menemukenali konsep materi mata pelajaran (pokok bahasan dan sub pokok bahasan) dalam GBPP yang akan memungkinkan diperkaya dengan bahan muatan-muatan lokal.
Setelah itu langkah berikut adalah menghimpun bahan-bahan yang layak dari lingkungan daerah untuk dapat memperkaya dan mengisi konsep pada mata pelajaran, bahan-bahan itu disusun oleh guru (sekolah) dan dipersiapkan sebagai pedoman pada waktu melaksanakan penbelajaran.
Disamping itu, dalam kurikulum pendidikan nasional, ada kesempatan yang lebih luas untuk muatan lokal, misalnya dalam pelajaran olah raga, kesenian, dan bahasa daerah, untuk mata pelajaran diatas, sekolah dapat menggunakan sumber daya dan bahan dari masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhan.


A. Kesimpulan
Di dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam suatu satuan pendidikan disesuaikan berdasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Hal tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kurikulum program prndidikan nasional adalah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan terdapat dua aspek yang dikembangan, yaitu :
- Pertama aspek nasional yakni kurikulum yang memuat unsur-unsur yang mempunyai misi penyatuan, serta memberi bekal untuk membentuk kesadaran dan kesatuan nasional, mempertebal semangat kebangsaan, kesetiaan sosial dan cinta tanah air.
- Kedua aspek lokal yakni kurikulum program pendidikan nasional yang memuat sifat sifat khusus / khas daerah atau wilayah tertentu baik lingkungan kehidupan sosial budaya, maupun kondisi lingkungan alamnya yang menunjukan sifat kebhinekaan sebagai kekayaan bangsa.

Muatan lokal merupakan program pendidikan yang isi dan penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, sosial, budaya serta kebutuhan daerah yang perlu di pelajari oleh siswa dimana siswa berada / tinggal. Yang dimaksud dengan isi program pendidikan adalah bahan ajar atau materi pelajaran yang di pilih dari lingkungan setempat yang disusun menjadi program pembelajatan yang harus di pelajari oleh siswa di bawah bimbingan guru guna mencapai tujuan nasional, sedangkan yang dimaksud media penyampaian adalah strategi pembelajaran dengan berbagai alat bantu yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar muatan lokal. Dengan demikian, baik bahan ajar, alat bantu, maupun strategi pembelajaran diambil dari dan menggunakan sumber lingkungan yang terdekat.
Tujuan pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal dilihat dari aspek kepentingan nasional dan aspek kepentingan anak atau peserta didik adalah sebagai berikut :
- Aspek kepentingan nasioanal muatan lokal bertujuan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan khas daerah sebagai asset kebudayaan nasional dalam mendukung tujuan peningkatan mutu pendidikan nasional serta menumbuhkan sikap dan nilai positif masyarakat terhadap lingkungan.
- Sedangkan dari aspek kepentingan peserta didik, muatan lokal bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sosial, budaya dan alam mengakibatkan peserta didik dengan lingkungan hidupnya sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi, menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam lingkungan sekitar, dan mempermudah penyerapan materi pelajaran oleh siswa dengan menerafkan sumber dan sarana belajar yang ada di lingkungan siswa.

Dalam kaitannya dengan program pengembangan kurikulum muatan lokal, seperti kita ketahui, bahwa kondisi geografis, negara Republik Indonesia terdiri atas sejumlah wilayah dan daerah, kenyataan menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki ciri-ciri yang khas dalam pola krhidupan sosial dan budaya maupun kondisi lingkungan alamnya, yang menunjukkan keanekaragaman sebagai kekayaan bangsa dan aset nasional, yang perlu dilestarikan melalui pendidikan.
Upaya pelestarian dan pengembangan kekayaan bangsa itu perlu dan harus dilestarikan dalam rangka menumbuhkan cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan di kalangan generasi muda, yang tumbuh dimulai dengan mengenal, merasa mencintai lingkungan sosial budaya dan alam tempat mereka dibesarkan.
Pengembangan muatan lokal sangat penting dilakukan dan harus terus diupayakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pengembangan muatan lokal merupakan inovasi dalam kurikulum pendidikan yang harus dilakukan oleh sekolah, upaya pengembangan muatan lokal tidak hanya sekedar menumbuhkan rasa cinta siswa pada lingkungannya dan secara konstruktif akan berusaha untuk mengeksplorasi, menyelidiki, mengubah dan memperbaiki lingkungan daerahyang lebih positif. Di samping itu, para siswa diharafkan untuk berusaha melestarikan kekayaan bangsa yang relevan dengan situasi dan kondisi perkembangan masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Pendidikan yang seperti hal di atas akan menumbuhkan daya kritis yang konstruktif pada diri peserta didik dan akan meningkatkan kinerja bagi para pendidik.



DAFTAR PUSTAKA





Asep Henry Hernawan dkk (2007), Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran, Pusat Penerbit UT. Jakarta : April 2007.

Ace Suryadi (1993), Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar, Bandung. Rosta Karya.

Balitbang Depdikbud (1995/1996), Pedoman Umum Pengembangan dan Pelaksnaan Kurikulum Muata Lokal Pendidikan Dasar.

Cece Wijaya dan A.Tabrani (1991), Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung : PT. Remaja Rosta Karya.

Cece Wijaya, dkk (1992), Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosta Karya.

Depdikbud, (1987), Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum SD, Jakarta : Ditjen Dikdasmen.

Depdikbud, (1989), Undang-undang RI No.2 tahun 1989 tentang Sisdiknas beserta penjelasannya, Jakarta : Balai Pustaka.

Depdikbud, (1993), Link and Match ; Team Pengarah Kelompok Kerja Pemasyarakatan Kebijaksanaan, Mendikbud, Jakarta.

Depdikbud, (1994), Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Sekolah Dasar. Bandung.

Everret. M. Rogers, (1983), Diffusion of Innovation, New York : The Free Press.

Hera Lestari Mikarsa, Ph.D, dkk (2002), Pendidikan Anak SD, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta

H.Dinn Wahyudin, dkk (2002), Pengantar Pendidikan, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta.

Ibrahim, (1988), Inovasi Pendidikan, Jakarta PPLPTK, Ditjen Depdikbud.

Santoso.S.Hamidjoyo, (1974), Inovasi Pendidikan : Meninjau Beberapa Kerangka Analisis Untuk Penelitian dan Pelaksanaannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Bandung : IKIP Bandung.

Sujiarto (1988), Kurikulum yang Relevan dengan Tuntutan Pembangunan Nasional dan Implikasinya bagi Kurikulum Muatan Lokal : Makalah Konvensi Nasional Pendidikan di Indonesia, Bandung.